Sabtu, 25 April 2015

Waspada Keracunan Pada Air Minum Kemasan 

       Air merupakan kebutuhan utama bagi setiap makhluk hidup dipermukaan bumi baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Setiap kegiatan mereka tidak akan pernah lepas dari kebutuhan akan air. Bagi manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, air yang dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan terutama untuk minum yang harus memenuhi persyaratan kesehatan untuk mencegah timbulnya penyakit atau gangguan yang disebabkan atau ditularkan melalui air. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan ataupun tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Menurut departemen kesehatan, syarat-syarat air minum adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri atau zat-zat berbahaya. Air minum yang baik harus memenuhi standar air minum yang telah ditentukan dalam peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 416/MENKES/PER/IX/2002 yang merupakan standar air minum. 
       Untuk memenuhi kebutuhan air minum pada masyarakat saat ini sangatlah bervariasi. Di kota besar, dalam hal pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat juga mengkonsumsi air minum dalam kemasan (AMDK), karena praktis dan dianggap lebih higienis. AMDK diproduksi oleh industri melalui proses otomatis dan disertai dengan pengujian kualitas sebelum diedarkan ke masyarakat. 

Apakah Air Minum Dalam Kemasan yang kita konsumsi, sudah terbebas dari mikroba ?
       Belum tentu, karena berdasarkan studi kasus Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) terdapat 20 depo air minum isi ulang di wilayah Jakarta pada tahun 2012 tidak memenuhi standar pengisian air minum, seperti tidak adanya proses sterilisasi pada galon air. Proses produksi yang tidak memenuhi standar diduga menjadi faktor penyebab produk tersebut tercemar. Selain itu, penanganan produk secara tidak tepat saat distribusi hingga sampai ke pedagang dan konsumen juga berpengaruh pada kualitas AMDK. Kemasan yang rusak atau bocor akibat guncangan karena penanganan yang kurang tepat, seperti dilempar saat proses distribusi, dapat memicu perkembangan mikroba di dalamnya. Penyimpanan yang tidak baik, seperti dalam keadaan tidak tertutup rapat atau di tempat yang kontak langsung dengan sinar matahari dapat memicu perkembangan mikroba tertentu yang mengandung klorofil dan merusak mutu dari kualitas air tersebut. Meminum air minum yang terkontaminasi mikroba patogen merupakan salah satu faktor utama berkembangnya penyakit, seperti diare.

Mikroba apa saja yang dapat mencemari air minum ? 
       Ternyata air minum yang kita konsumsi dapat tercemar oleh mikroba, berikut beberapa mikroba yang dapat mencemari air minum : 
1. Escherichia coli 
Tanda tanda umum E. coli :
- Bentuk bulat cenderung ke batang panjang 
-Bentuk batang, biasanya berukuran 0,5 x 1 - 3 µ 
-Terdapat sendiri sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian pendek 
- Bergerak atau tidak bergerak 
- bergerak dengan menggunakan flagella peritrik 
- biasanya tidak berbentuk kapsul 
- Tidak membentuk spora 
- Gram negatif 
- Aerob, anaerob fakultatif. 
 Sifat sifat khusus E. coli antara lain : 
 - Merupakan parasit dalam saluran pencernaan makanan manusia dan hewan berdarah panas. 
 - Pada manusia kadang kadang menyebabkan penyakit enteritis, peritonitis, cistitis dan sebagainya.
 - Hasil uji methil red positif keluarga dari species ini memfermentasikan laktosa dan glukosa dengan menghasilkanasam dan gas. 
- Menghasilkan asam dalam jumlah yang banyak dari glukosa tetapi acethyl methyl carbinol tidak dihasilkan. - CO2 dan H2 kira kira dihasilkan dalam volume yang sama dalam glukosa. 
- Pada umumnya asam uric tidakdapat dipakai sebagai satu satunya sumbernitrogen. 
- Ditemukan dalam faeces. 
- Hasil uji Eykman. 
- Asam sitrat dan garam dari asam sitrat tidak dapat dipakai sebagai satu-satunya sumber karbon.  
              Escherichia coli merupakan bakteri yang umum ditemukan pada usus manusia dan hewan berdarah panas. Kebanyakan strain E. coli tidak berbahaya, karena berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu, asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Namun beberapa strain E. coli bisa menjadi patogen atau penyebab penyakit. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh E. coli, antara lain infeksi saluran kemih, diare, keracunan darah (sepsis), dan meningitis. E. coli merupakan penyebab utama infeksi saluran kemih pada kira-kira 90 % wanita muda. Gejala dan tanda-tandanya antara lain sering buang air kecil, disuria, hematuria, dan piuria. Biasanya pasien menderita nyeri pinggang akibat infeksi saluran kemih bagian atas.
E. coli O157:H7 merupakan satu dari ratusan strain E. coli yang dapat menghasilkan toksin dan menyebabkan penyakit parah. Infeksi E. coli O157:H7 dapat menyebabkan kram perut, mual atau muntah, dan diare berdarah. Pada beberapa kasus, diare berdarah dapat timbul setiap 15-30 menit. Gejala ini biasanya dimulai 3-4 hari setelah masuknya bakteri ke dalam tubuh, dan dapat pula terjadi 1-9 hari setelahnya. Namun perlu diperhatikan juga bahwa gejala tersebut umum terjadi pada beberapa macam penyakit yang tidak hanya diakibatkan air minum yang tercemar. 
2. Salmonella 
       Salmonella merupakan bakteri penyebab penyakit pada saluran pencernaan. Gejala umum orang yang terjangkit Salmonella seperti diare, kram perut, dan demam yang timbul dalam kurun waktu 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan dan meminum air yang terkontaminasi Salmonella. Gejala lainnya adalah sakit kepala, mual dan muntah-muntah.Secara umum Salmonella bisa menyebabkan beberapa penyakit :
 a. Salmonella typhi dapat menyebabkan penyakit demam tifus dengan masa inkubasi umumnya 10–14 hari. Gejala demam tifus meliputi demam, tidak nafsu makan, mual, dan muntah. Diare biasanya terjadi selama infeksi pada minggu kedua dan mungkin terdapat darah dalam tinja. 
 b. Demam paratifoid adalah penyakit enterik yang disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi. Ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar, infeksi ditandai dengan demam berkelanjutan, sakit kepala, nyeri perut, denyut jantung lambat, dan hepatosplenomegali (perbesaran hati atau limpa). 
c. Gastroenteritis yakni gejala yang paling sering dari infeksi Salmonella. Biasanya dalam kurun waktu 4–48 jam setelah mengonsumsi cemaran Salmonella timbul rasa sakit perut yang mendadak dengan diare encer/berair, kadang dengan lendir atau darah, sakit kepala, mual, muntah, demam dengan suhu 38–39°C. 
 3. Pseudomonas aeruginosa
 Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang dengan ukuran sekitar 0,6 x 2 µm. Bakteri ini terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan terkadang membentuk rantai yang pendek. P.aeruginosa termasuk bakteri gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, katalase positif,oksidase positif, tidak mampu memfermentasi tetapi dapat mengoksidasi glukosa/karbohidrat lain, tidak berspora, tidak mempunyai selubung (sheat) dan mempunyai flagel monotrika (flagel tunggal pada kutub) sehingga selalu bergerak. Bakteri ini dapat tumbuh di air suling dan akan tumbuh dengan baik dengan adanya unsur N dan C. Suhu optimum untuk pertumbuhan P. aeruginosa adalah 42o C. P. aeruginosa mudah tumbuh pada berbagai media pembiakan karena kebutuhan nutrisinya sangat sederhana.
P. aeruginosa adalah bakteri yang secara luas dapat ditemukan di alam, semisal di tanah, air, tanaman, dan hewan. P. aeruginosa adalah patogen oportunistik yang merupakan penyebab utama infeksi pneumonia nosokomial. Meskipun demikian, bakteri ini dapat berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit. P. aeruginosa menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik. P. Aeruginosa memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstraseluler yang menunjang invasi lokal dan penyebaran mikroorganisme. Toksin dan produk ekstraseluler ini mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin. Untuk penyakit sistemik, produk yang menunjang invasi mencakup kapsul antifagositas, endotoksin, eksotoksin A, dan eksotoksin S. Infeksi dapat terjadi di mata, telinga, kulit, saluran urin, saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan pada sistem saraf pusat. Infeksi lokal berpotensi berkembang menjadi infeksi yang menyebabkan mata meradang bengkak dan mata merah. Infeksi sistemik karena P. aeruginosa mencakup bakteremia, pneumonia sekunder, infeksi tulang dan otot, endokarditis, infeksi sistem saraf pusat, dan infeksi jaringan kulit.

Bagaimana cara penanggulangan agar air minum tidak tercemar oleh mikroba ?
       Penanggulangan mikroba yang mencemari air adalah dengan cara mengolah air minum dengan baik dan benar. Ada beberapa cara pengolahan air antara lain: .
a. Klorinisasi 
Yaitu pemberian zat klorin pada air setelah diambil dari sumbernya. Tujuannya sama, untuk membunuh kuman agar air dapat dikonsumsi. Klorin cukup dicampurkan dalam air sesuai takaran yaitu 1,25% (misalnya 20 liter air (1 galon) = 3 tetes klorin).kemudian aduk/kocok dan diamkan selama 30 menit. Setelah itu air sudah bisa dikonsumsi, namun baunya masih tajam. Untuk menghilangkan baunya, diamkan air selama semalaman dengan ditutupi kain kasa agar baunya menguap. Air yang dimurnikan dengan cra ini bisa menurunkan risiko diare sebesar 40-80%. Cara ini aman digunakan dalam jangka waktu lama karena tidak menimbulkan pengendapan klorin dalam tubuh. Selain itu, air minum dengan klorin ini lebih kecil beresiko terpapar bakteri dibandingkan cara lainnya. 
 b. Flokulasi/penggumpalan dan disinfeksi Flokulasi dan disinfeksi adalah metode pengolahan air minum dengan proses penggumpalan untuk menjernihkan air (menyisihkan kekeruhannya). Pada air baku diberikan bahan kimia tertentu kemudian diaduk secara mekanis dalam suatu tempat hingga merata. Kemudian air tersebut dialirkan ke wadah penampuangan lain untuk proses penggumpalan/flokulasi. Di akhir proses akan terbentuk endapan flok/gumpalan dalam bak pengendap. Untuk lebih amannya kemudian dilakukan disinfeksi dengan klorin. 


Referensi : 

Pelczar, M., 1988, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI Press, Jakarta 
Sri Agung Fitri Kusuma, 2010, Escherichia coli, Bandung: Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran.
Junaedi, 2004, http://eprints.undip.ac.id/4056/1/2086.pdf
Mayasari, Evita, 2006, Pseudomonas aeruginosa; Karakteristik, Infeksi, dan Penanganan:// library.usu.ac.id
Melliawati,ruth,2009,http://www.biotek.lipi.go.id/images/stories/biotrends/vol4no1/EcoliR.Melliawati1014.pdf Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. [cited at 2013 Sep 26]. Available from: http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/53_Permenkes%20492.pdf.